Pemeliharaan Domba Garut

Pemeliharaan Domba Garut secara semi Intensif Oleh Tim Peneliti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Kegiatan beternak domba dimulai dari persiapan kandang sebagai tempat berlindung, biasanya dilengkapi dengan area umbaran yang dibatasi oleh pagar. Saat ini, pagar kawat sering dijadikan pilihan utama dibandingkan pagar kayu seiring semakin mahalnya harga kayu berkualitas. Sedangkan kawat memiliki harga yang lebih ekonomis dengan daya tahan yang lebih baik. Kandang sebagai tempat berlindung harus kering, berventilasi baik dan terjaga kebersihannya. Untuk fasilitas umbaran, dibutuhkan pagar yang kuat dengan ketinggian setidaknya 1,5 meter. PT. Bekaert Wire Indonesia memproduksi kawat terproteksi berkualitas tinggi yang cocok digunakan sebagai bahan pembuatan pagar untuk fasilitas umbaran domba.

Domba sebagai ternak ruminansia, pakan utamanya adalah hijauan (rumput, dedaunan tertentu, dan leguminosa). Umumnya pemeliharaan domba sekarang sepenuhnya dikandangkan secara intensif, hal ini terjadi karena semakin sempitnya lahan penggembalaan. Pemeliharaan domba dengan kandang intensif meningkatkan resiko gangguan kesehatan, semisal kekurangan vitamin D karena domba jarang tersinari oleh matahari. Kondisi kandang yang kotor, lembab dan pengap akan sangat mempengaruhi performa domba. Domba yang dipelihara di kandang secara intensif biasanya memiliki perototan yang kurang kuat karena kekurangan exercise. Kondisi lemah otot sangat berbahaya untuk induk domba bunting terutama pada saat akhir kebuntingan dan akan melahirkan. Pemeliharaan domba secara intensif memerlukan area umbaran sebagai tempat exercise domba. Dengan adanya fasilitas umbaran, diharapkan domba dapat leluasa bergerak, mendapatkan cukup udara segar, vitamin D dari sinar matahari, dan bebas dari ketidaknyamanan akibat kandang intensif yang sempit.

Pemeliharaan domba secara intensif dengan umbaran atau tanpa fasilitas umbaran mempengaruhi tingkat kesejahteraan ternak (animal welfare). Penyediaan lahan umbaran diketahui memiliki nilai positif pada status kesehatan dan kesejahteraan ternak. Penilaian animal welfare dan kesehatanpada kedua sistem pemeliharaan dalam rangka peningkatan performan breeding domba dilakukan melalui pengamatan perilaku domba, pengukuran temperature-humidity index (THI) dilanjutkan dengan penilaian status fisiologis dan hematologis domba.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan tanpa dan dengan umbaran memberikan respon yang sama terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi rumput, dan konsumsi konsentrat domba pada fase pembesaran. Kondisi ini menggambarkan bahwa exercise yang dilakukan domba pada kandang dengan umbaran tidak menurunkan bobot badan dan konsumsi ransum.

Perlakuan tanpa dan dengan umbaran juga memberikan respon yang sama terhadap mayoritas pertambahan ukuran – ukuran tubuh domba kecuali pertambahan ukuran lebar dalam dada. Dimana domba dengan fasilitas umbaran mempunyai pertambahan ukuran dalam dada yang lebih lebar dibandingkan dengan domba tanpa fasilitas umbaran pada fase pembesaran.

Hasil penelitian pada fase perkawinan memperlihatkan bahwa perlakuan tanpa dan dengan umbaran memberikan respon yang sama terhadap pertambahan bobot badan pada hari ke-34 maupun ke-68. Persentase kebuntingan pada hari ke-34 memperlihatkan bahwa domba yang diberi perlakuan tanpa umbaran (70%) mempunyai persentase lebih besar dibanding dengan dengan domba dengan umbaran (60%). Tetapi sebaliknya, pada hari ke-68 domba dengan umbaran mempunyai persentase kebuntingan yang lebih besar (90%) dibanding dengan domba tanpa perlakuan umbaran (80%).

Hasil penelitian Kajian Status Faali, Temperature Humidity Index (THI) dan imbangan Neutrofil dan Limfosit (N/L) sebagai indikator stress menunjukan  bahwa domba perlakuan umbaran memiliki rataan fisiologis yang lebih baik dibandingkan domba yang hanya dikandangkan. Nilai rataan fisiologis domba yang memiliki akses umbaran mengindikasikan bahwa domba tersebut memiliki indikator kesehatan yang lebih baik dibandingkan domba yang hanya dikandangkan.

Temperature humidity index (THI) merupakan salah satu indikator untuk menilai potensi stres panas dari lingkungan ke ternak (Sejian, Bhatta, Gaughan, Dunshea, & Lacetera, 2018). Pengukuran THI dapat dilakukan dengan mengestimasi kondisi lingkungan yang terdiri dari temperatur udara dan kelembapan terhadap kondisi ternak yang dapat digunakan sebagai indikator tingkat stres (Mader, dkk., 2006). Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai THI pada pagi, siang dan sore pada kedua perlakuan berada pada nilai normal (<70) atau tidak dalam kondisi stres. Menurut Berman, dkk. (2016), nilai suatu indeks temperatur sulit untuk dijadikan penentu karena nilai suatu THI tergantung pada kondisi lingkungan sekitar dan kondisi ternak itu sendiri. Nilai THI normal adalah ≤ 70, jika THI bernilai 71 – 78 artinya sedang, THI bernilai 79-83 menunjukkan stres ringan dan THI bernilai ≥ 83 artinya stres tinggi pada ternak (Koluman & Daskiran, 2011).

Imunitas ternak akan menentukan status kesehatan ternak yang berdampak pada produktivitasnya. Indikator untuk melihat imunitas ternak dapat dilihat melalui kadar neutrofil-limfosit yang merupakan bagian dari leukosit. Neutrofil berperan untuk melawan infeksi bakteri, sedangkan limfosit berperan untuk mengenali agen-agen asing dan merangsang produksi antibodi di dalam tubuh. Apabila nilai imbangan neutrofil dan limfosit tinggi maka semakin tinggi juga tingkat stresnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa domba yang dikandangkan dan diumbarkan tidak mengalami stres. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah neutrofil, limfosit dan ratio N/L pada kedua perlakuan (kandang (0,7) vs umbaran (0.5)) tidak berbeda nyata dan masih dalam kisaran normal.  Indeks stres pada ruminansia kecil normalnya bernilai 1,5. Jika melebihi nilai 1,5 maka hewan tersebut diduga mengalami stres atau cekaman. Nilai imbangan neutrofil-limfosit yang semakin tinggi maka semakin tinggi juga tingkat stresnya (Kusnadi, 2008).  Imbangan neutrofil dan limfosit domba yang diumbarkan lebih baik dibandingkan domba Pengamatan tingkah laku Domba dilakukan dengan menggunakan CCTV yang ditempatkan di dalam dan di luar kandang. Deskripsi dan definisi jenis tingkah laku dilakukan berdasarkan Barwick et al, 2018. Etogram dibuat untuk mempermudah pengukuran jumlah tingkah laku (frekuensi) dan juga lama tingkah laku (durasi). Hasil rekaman CCTV kemudian diolah, diedit dan dikelompokan berdasarkan kelompok pengamatan Tingkah laku domba diamati selama 24 jam.  Domba yang diamati sebanyak 5 ekor per kelompok perlakuan. Berdasarkan pengamatan tingkah laku pada kedua perlakuan di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan umbaran banyak melakukan aktifitas aktif (berjalan, berlari, berdiri, makan dan minum) pada pagi hari. Namun disaat domba kembali ke kandang aktifitas aktif tidak banyak berkurang atau masih relatif aktif. Di sisi lain, kelompok perlakuan dikandang memiliki kegiatan aktif yang sangat sedikit. Domba yang tidak mendapatkan akses umbaran relatif tidak aktif. Hal ini dapat berakibat buruk pada pemeliharaan yang cukup lama. Kesehatan dan kesejahteraan ternak yang diumbar dinilai “very good” (score  very good ke excellent). Sedangkan score perlakuan yang dikandangkan dinilai “good) (score poor ke good).


Baca Makalah Penelitian